KRITIK SASTRA DAN ESAI PUISI "MENANGISLAH" KARYA M. SHOIM ANWAR
MENANGISLAH
menangislah ketika lebat
hujan meluruhkan langkah
air matamu menggenang di
atas lutut
detak motor jantungmu
tak kuasa
memikul nasib yang
rumpang
buku harian membasah
lunturlah tinta pencatat
mimpi nan panjang
eksotisme kota, kawah,
dan gunung-gunung
menjadi mimpi yang tak
pasti
kau tercenung
mengutuki kerapuhan
di rumah yang hampa
tak berani memamah
ketika disodorkan menu baru
musim melindap tak pasti
Ia kadang ramah
tapi siap juga mencuri
lembaranmu
KRITIK:
Puisi
Menangislah mempunyai banyak majas metafora. Dengan pengertian, metafora
adalah meletakkan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin
disampaikan dalam bentuk ungkapan pada setiap kata yang ada
pada puisi tersebut. Misalnya saja pada kata “meluruhkan” telah terjadi sebuah objek yang
bersifat sama dengan pesan kata “menggugurkan”,
kata “rumpang” telah terjadi sebuah objek yang
bersifat sama dengan pesan kata “bersela-sela/ompong”,
kata “eksotisme” telah terjadi sebuah objek yang
bersifat sama dengan pesan kata “keistimewaan”,
kata “memamah” telah terjadi sebuah objek yang
bersifat sama dengan pesan kata “mengunyah”,
kata “melindap” telah terjadi sebuah objek yang
bersifat sama dengan pesan kata “meredup”.
Komentar
Posting Komentar