CERPEN BESAR, GANAS, MENAKUTKAN
Minggu, 22 April 2018
Besar, Ganas, Menakutkan
Ada sepasang kakak beradik bernama Dhani dan Lina yang
sedang mengantarkan barang pesanan yaitu berupa powerbank di suatu kawasan perumahan
Pondok Candra, mereka berangkat menuju perumahan tersebut. Setelah sampai di
perumahan, Lina bingung untuk mencari rumahnya, Dhani dulu sempat pernah
singgah di sana, tetapi waktu ke sana lagi lupa rumahnya, karena sudah lama
waktu singgahnya. Mau tanya satpam, satpamnya tidak ada entah ke mana. Jalan
perumahannya yaitu Jalan Jeruk Barat blok G nomor 32, karena satpamnya tidak
ada, mereka nekat untuk mengelilingi perumahan tersebut tanpa didampingi oleh
satpam. Mereka melihat-lihat rumah yang mewah sekali, sampai-sampai mereka
mengobrol.
“Kapan ya, kita punya rumah semewah itu?.”
“Ya semoga saja, suatu saat nanti kita akan mempunyai
rumah semewah itu.”
“Amiinnnn, semoga saja, tetapi kalau punya rumah semewah
itu capek untuk membersihkannya? Hahaha.”
“Iya juga sih, tapi gampang nanti nyewa pembantu, hahaha.”
“Emang punya duit
banyak, sampai-sampai nyewa pembantu.”
“Kan kita enggak pernah tau kapan hidup kita
berubah menjadi enak. Roda terus berputar, pasti ada masanya kita untuk
merasakan seperti itu.”
“Iya deh, amiinn
semoga saja.”
Obrolan semacam itu sering sekali terlontar dari mulut mereka.
Ketika melintas di depan salah satu rumah, ada pemilik rumah sedang memandikan
anjingnya yang cukup banyak sekali dan berbagai jenis anjing. Seperti ada anjing
haider, anjing itu cukup besar sekali, tingginya sepantaran dengan jok motor,
dan ada yang kecil. Mereka melihat pemilik rumah itu memandikan anjingnya.
Rumah nya pun ada dibuatnya khusus untuk kamar tidur anjingnya, lengkap dengan
AC, tempat tidur, dan lain-lain.
Setelah melintas di depan rumahnya, Lina sedang enak-enaknya
menyetir motor pelan-pelan agar rumah pembeli powerbank dapat ditemukan.
Tiba-tiba dan tak disangka-sangka, anjing tadi mengejar motor mereka. Lina syok
dan panik kebingungan karena takut, kalau seumpama anjing tersebut menggigit,
dan menyayat-nyayat tubuh mereka, uuhhhh laalaa tidak bisa dibayangkan apalah jadinya
nyawa mereka.
“Kak ini gimana, ini gimana?.”
“Aku juga enggak
tahu?.”
“Ya Allah Ya Allah, gimana ini?,” panik, keringatan, mau nangis,
bingung harus bagaimana.
“Cepetaann? Yang
banter ngegasnya? Kakiku mau digigit ini?,” sambil mengangkat kaki sebelah
kanan, supaya tidak digigit.
“Sudah pol ini gasnya? Kenapa anjingnya masih mengejar
saja?,“ dalam hati komat-kamit membaca doa agar dijauhkan dari anjing.
“Lurus saja jalannya?.”
“Ya Allah, jalannya sudah mentok alias jalan buntu ini,
bagaimana ini?.”
“Hoo iya, bagaimana ini?,” ikut bingung.
Mereka benar-benar panik yang super ekstra, teriak-teriak
entah rumah yang lainnya terdengar apa tidak. Sempat juga, ketika mereka
teriak-teriak ketakutan, ada orang yang berada di dalam mobil, tetapi orang
tersebut tidak mau menolong mereka. Betapa tidak ada rasa perikemanusiaan atau
rasa kasihan kepada mereka yang sedang dikejar-kejar anjing untuk ditolong. Untung
saja dari beberapa rumah lainnya, anjing tersebut tahu batas jalan yang anjing
lalui.
Setelah anjing itu tidak mengejar mereka, Lina langsung
putar balik untuk mencari rumah pembeli. Rumah pembeli juga tidak jauh dari
putar balik tadi. Sampailah mereka di rumah pembeli. Lina gedor-gedor pagar
rumahnya, pemilik rumahnya keluar untuk membukakan pintu pagarnya, dan masuklah
mereka ke dalam rumahnya. Pemilik rumah sempat bertanya.
“Kenapa? Kok sampai terengah-engah dan panik?.”
“Tadi perjalanan masuk di perumahan dikejar-kejar sama
anjing Bu?.”
“Kok bisa? Apa tidak ada satpam di pos depan?.”
“Tidak ada satpam Bu di depan? Mangkanya kita berdua
langsung masuk ke dalam perumahan.”
“Memang anjing tetangga itu selalu ditaruh di depan
rumahnya. Sempat juga tetangga yang satunya protes akan anjingnya yang selalu
ditaruh di depan rumah, tetapi masih saja ditaruh di depan.”
“Iya ta Bu? Berarti orangnya keras kepala bu, tidak mau
mementingkan keselamatan orang lain, kalau seumpama orang lain lewat di depan
rumahnya, lalu dikejar.”
“Iya memang seperti itu orangnya. Ya sudah ini minum dulu
biar tenang,” sambil menyodorkan minum.
“Iya Bu terimakasih.”
Setelah mereka sudah minum dan merasa agak enakan, Dhani
memberikan barangnya kepada pembeli tersebut, dan terjadilah transaksi jual
beli barang di antara Dhani dan pembeli.
“Ini Bu powerbanknya?.”
“Oh ini powerbanknya? Jadi berapa harganya?.”
“Rp 110.000, Bu?.”
“Sebentar ya, saya ambil uang dulu di kamar,” masuk ke kamar,
lalu ke luar.
“Ini uangnya, terimakasih ya?.”
“Oh iya Bu sama-sama, kalau mau membeli lagi telpon saya
ya Bu?.”
“Iya beres.”
Setelah selesai transaksi, mereka pulang tetapi takut ada
anjingnya lagi. Akhirnya pembeli tersebut berinisiatif untuk mengantarkan mereka
ke depan perumahan. Diantarlah mereka ke depan perumahan, sempat pada waktu
perjalanan ke depan perumahaan, mereka menengok kanan kiri barangkali anjingnya
masih berada di tempat itu, tetapi ternyata sudah di masukkan ke dalam rumah
oleh pemilik anjingnya. Sampailah mereka di depan perumahan, mereka berpamitan
pulang kepada pembeli tersebut.
“Bu, kita pulang dulu ya?.”
“Iya, hati-hati di jalan.”
Pada waktu perjalanan pulang ke rumah, mereka
bercengkrama kembali membahas masalah dikejar anjing tadi, mereka tertawa-tawa
sendiri dan membayangkannya. Di tengah perjalanan, Lina pun berpikir dan
bertanya kepada kakaknya.
“Eh, apa doaku tadi salah ya?.”
“Emang kamu baca doa apaan.”
“Ya doa supaya dijauhkan dari anjing.”
“Wah gilee lu,
mungkin doa kamu bener-bener salah
tadi, mangkanya anjing itu ngejar kita!,” sambil memukul lenganku.
“Aduuh, sakit tau!, tapi mungkin saja ini hari apes kita”
“Iya juga sih.”
Sore pun tiba, Lina bergegas mengantarkan Ibu nya di
kawasan Perumahan Delta Sari untuk bekerja. Setelah sampai di rumah yang mereka
tuju, Lina menurunkan Ibu nya di depan gerbang pemilik rumah tersebut. Turunlah
Ibu nya, lalu menombol bel yang telah disediakan. Lama sekali tidak ada orang
yang keluar untuk membukakan pintu gerbangnya. Tiba- tiba menjenggonglah anjing
pemilik rumah itu. Lina tidak tahu kalau pemilik rumah itu mempunyai anjing
juga, tetapi Ibu nya tahu, dan sama pula dengan jenis anjing yang mengejar Lina
dan Dhani di kawasan Perumahan Pondok Candra.
“Gukk gukk gukk.”
“Astaghfirullah, awas Bu ada anjing,” panik, takut Ibu digigit
anjing.
“Tenang, dikerangkeng kok anjingnya.”
“Syukurlah kalo begitu.”
Ketika anjingnya menggonggong terus-menerus, akhirnya
pembantu rumah itu keluar, dan segera membukakan pintu gerbangnya, dan menyuruh
Ibu untuk segera masuk ke dalam rumahnya, karena sudah ditunggu oleh majikan
pembantu tersebut
Semenjak kejadian mengantar powerbank dan mengantar Ibu
ke Perumahan, yang dari dikejar dan ditakuti oleh anjing sekaligus seharian itu
juga. Dari mulai kejadian tersebut, kalau melihat anjing Lina merasa ada trauma
tersendiri dan sangat tidak berani sekali sama anjing sampai sekarang.
Komentar
Posting Komentar